Jumat, 10 November 2017

Lele Sangkuriang

Siapa yang tidak mengenal ikan lele sangkuriang? Jenis ikan lele yang diperkenalkan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada tahun 2004 ini dengan cepat menjadi primadona para peternak. Namun tahukah Anda bahwa ikan lele Sangkuriang ini masih dari jenis lele dumbo?

Penurunan kualitas lele dumbo

Ikan lele dumbo pertama kali diekspor dari Taiwan pada tahun 1985. Menurut keterangan eksportirnya, lele dumbo merupakan hasil silangan ikan lele asal Taiwan dengan nama latin Clarias Fuscus dengan ikan lele asal Afrika dengan nama latin Clarias Mozambicus. Namun penelaahan lebih lanjut mengatakan lele dumbo lebih mirip dengan ikan lele asal Afrika dengan nama latin Clarias Gariepinus.
Terlepas dari kontroversi sepesies lele dumbo, diakui bahwa jenis ikan lele ini lebih produktif untuk dibudidayakan di Indonesia. Sehingga hampir semua peternak lele memilih membudidayakan lele dumbo ketimbang lele lokal (Clarias Batrachus) yang saat itu banyak dibudidayakan. Meski daging lele dumbo tak segurih lele lokal, tetap saja memelihara lele dumbo jauh lebih ekonomis dibanding lele lokal.
Lele dumbo bisa tumbuh jauh lebih cepat, ukurannya lebih bongsor dan lebih tahan terhadap berbagai bibit penyakit. Namun keunggulan lele dumbo semakin hari semakin pudar, karena kualitasnya terus menurun. Menurut para pakar, penurunan tersebut disebabkan karena kesalahan dalam pembenihan lele yang terjadi di masyarakat. Banyak ikan lele dumbo yang dikawinkan dengan kerabatnya sendiri (inbreeding). Hal ini memicu penurunan kualitas indukan lele dumbo. Karena pemijahan benih lele menggunakan calon indukan yang salah, lambat laun benih ikan lele dumbo yang beredar di masyarakat semakin turun kualitasnya.

Proyek ikan lele sangkuriang

Baru pada tahun 2000-an, pemerintah lewat BBPBAT melakukan penelitian untuk meningkatkan kembali kualitas lele dumbo. Dengan menggunakan metode silang balik (back cross) ternyata lele dumbo bisa diperbaiki kualitasnya. Kawin silang balik yang dilakukan BBPBAT adalah mengawinkan indukan betina generasi ke-2 atau biasa disebut F2 dari lele dumbo yang pertama kali didatangkan pada tahun 1985, dengan indukan jantan lele dumbo F6.
Perkwainannya melalui dua tahap, pertama mengawinkan indukan betina F2 dengan indukan jantan F2, sehingga dihasilkan lele dumbo jantan F2-6. Kemudian lele dumbo F2-6 jantan ini dikawinkan lagi dengan indukan F2 sehingga dihasilkan ikan lele Sangkuriang.
Proses penelitian ikan lele Sangkuriang memakan waktu yang cukup lama. Dua tahun setelah itu benih lele Sangkuriang baru diperkenalkan secara terbatas. Pengujian dilakukan pada tahun 2002-2004 di daerah Bogor dan Yogyakarta. Baru pada tahun 2004, dikeluarkan Keputusan Menteri Kelautan tentang pelepasan varietas ikan lele Sangkuriang kepada publik.
Perbandingan yang paling mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.
Dilihat dari pertumbuhannya, pembesaran harian ikan lele sangkuriang bisa mencapai 3,53% sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Dan, konversi pakan atau Food Convertion Ratio (FCR) ikan lele sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara lele dumbo lebih besar sama dengan 1. FCR merupakan nisbah antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan daging ikan. Semakin kecil nisbah FCR semakin ekonomis ikan tersebut dipelihara.
Penamaan ikan lele Sangkuriang mengambil nama seorang anak dari cerita mitologi Sunda. Dalam cerita tersebut adalah seorang anak bernama Sangkuriang yang berhasrat mengawini ibunya sendiri. Mungkin karena hal itulah nama ikan lele Sangkuriang menjadi nama varietas lele hasil silang balik.

Ikan lele Sangkuriang II

Pada tahun 2010, BBPBAT kembali melakukan pengembangan terhadap ikan lele sangkuriang. Kali ini lembaga penelitian plat merah ini mengawinkan lele sangkuriang dengan lele dari sungai Nil, Afrika. Indukan jantan merupakan lele sangkuriang F6 sedangkan indukan betinanya F2 dari Afrika. Indukan dari Afrika ini bobot tubuhnya bisa mencapai 7 kg, diharapkan bisa mendongkrak sifat unggul bagi turunannya.
BBPBAT mengklaim lele sangkuriang II bisa tumbuh 10 persen lebih cepat dari generasi sebelumnya. Ukuran tubuhnya pun lebih bongsor dan yang terpenting lebih tahan terhadap penyakit.
Saat ini ikan lele sangkuriang II belum dilepas untuk umum. Ikan ini masih harus melakukan uji multilokasi. Dari keterangan tertulisnya, BBPBAT melakukan uji multilokasi di Bogor, Boyolali, Gunung Kidul dan Kepanjen.

Kamis, 09 November 2017

Mengenal Lele Mutiara


Ikan Lele MUTIARA

Ikan Lele MUTIARAmutu tinggi tiada tara
  • Dibentuk dari gabungan persilangan strain ikan lele Mesir, Paiton, Sangkuriang dan Dumbo yang diseleksi selama 3 generasi pada karakter pertumbuhan.
  • Ikan lele mutiara ini dilepaskan ke masyarakat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 77/KEPMEN-KP/2015.
Keunggulan :
  • Laju pertumbuhan tinggi: 10-40% lebih tinggi daripada benih-benih lain
  • Lama pemeliharaan singkat: lama pembesaran benih tebar berukuran 5-7 cm atau 7-9 cm dengan padat tebar 100 ekor/m2 berkisar 40-50 hari, sedangkan pada padat tebar 200-300 ekor/m2 berkisar 60-80 hari.
  • Keseragaman ukuran relatif tinggi: tahap produksi benih diperoleh 80-90% benih siap jual dan pemanenan pertama pada tahap pembesaran tanpa sortir diperoleh ikan lele ukuran konsumsi sebanyak 70-80%.
  • Rasio konversi pakan (FCR = Feed Conversion Ratio) relatif rendah: 0,6-0,8 pada pendederan dan 0,8-1,0 pada pembesaran.
  • Daya tahan terhadap penyakit relatif tinggi: sintasan (SR = Survival Rate) pendederan benih berkisar 60-70% pada infeksi bakteri Aeromonas hydrophila (tanpa antibiotik).
  • Toleransi lingkungan relatif tinggi: suhu 15-35 oC, pH 5-10, amoniak <3 0-10="" 0="" li="" mg="" nitrit="" salinitas="">
  • Produktivitas relatif tinggi: produktivitas pada tahap pembesaran 20-70% lebih tinggi daripada benih-benih strain lain.
Potensi Mitra Bisnis / Pemanfaat Produk :
  • Unit pembenihan rakyat (UPR)
  • Unit pembenihan pemerintah (Dinas)
  • Pengusaha / industri perikanan
Rancangan hilirasi :
  • Gelar teknologi (Januari – Juni 2017)
  • Roadshow industri (Juli – Desember 2017)
  • Kerjasama industri 2018
dscn00751Ikan Lele Mutiara

Sumber : https://bppisukamandi.kkp.go.id/?page_id=73

Senin, 06 November 2017

Tantangan embenihan lele

Baik pembesaran maupun pembenihan lele (Clarias gariepinus) tentu memiliki banyak hal yang harus diperhatikan dan dikontrol. Namun, pembenihan memiliki tantangan tersendiri, salah satunya adalah kondisi lingkungan yang perlu dijaga ketat agar benih yang daya tahannya masih rentan ini dapat bertahan hidup. Sebelum benih diproduksi, indukan lele juga harus dalam kondisi lingkungan terbaik sehingga mampu menghasilkan benih unggulan. Dilansir dari majalah TROBOS edisi 62 th. 2017, Muhammad Amir Sobirin seorang petani lele asal Pekalongan berpendapat bahwa pembenihan lele adalah proses yang butuh ketelatenan karena risikonya tinggi. Menurutnya, modal pembenihan itu kecil dan jika berhasil maka dapat mendatangkan untung yang besar.
Faktor cuaca yang berubah-ubah memberikan dampak besar pada pembenihan. Pergantian musim misalnya, menjadikan induk lele mengalami gejala “telur kosong”. Hujan deras yang menurunkan pH kolam dan melembabkan udara pun memicu pertumbuhan jamur dan bakteri yang menyerang benih. Belum lagi cuaca panas yang pernah dialami BPBIAT Kota Cirebon, dimana 60% benih ikannya mati akibat suhu panas yang mencapai 36oC.
Selain suhu, masih banyak faktor yang perlu dijaga agar pembenihan dapat berjalan lancar. Mulai persiapan indukan, pemijahan, sampai pemeliharaan larva.
Persiapan indukan
Biasanya, dalam bisnis pembenihan, pembudidaya langsung membeli indukan yang siap memijah. Tapi jika ingin mempersiapkan dan menyeleksi indukan secara mandiri, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
  • Indukan sebaiknya memiliki sertifikat yang membuktikan genetiknya berasal dari prosedur yang jelas.
  • Suhu kolam indukan dijaga di 28-30oC
  • Kepadatan indukan berkisar 10-15 ekor/m2
  • Penggantian air 2x seminggu, sebanyak 20-30% air kolam
  • Nutrisi indukan harus tinggi asam lemak (untuk pematangan gonad) dan omega 3 (untuk pembentukan gelembung renang pada larva)
  • Pemberian pakan 3-5x sehari dengan 3-5% dari bobot tubuhnya
  • Jantan dan betina sebaiknya dipisah agar tidak terjadi pembuahan di luar rencana
  • Ciri-ciri indukan jantan yang siap memijah: tubuh ramping, gerakan lincah dan alat kelamin runcing
  • Ciri-ciri indukan betina yang siap memijah: bagian perut membesar ke arah anus, apabila diraba terasa lembek dan gerakan lambat
Pemijahan
Umur lele jantan yang siap memijah biasanya berkisar antara 8-12 bulan sedangkan lele betina di umur 12-15 bulan. Perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3. Kualitas air kolam untuk pemijahan di antaranya:
  • Suhu: 25 – 30oC
  • Nilai pH: 6,5 – 8,5
  • Ketinggian air: 25 – 40 cm
Siapkan kakaban/ijuk pada kolam pemijahan dan biarkan indukan melakukan pemijahan, biasanya pada waktu pagi atau sore hari. Karena lele bersifat kanibal, telur yang disimpan di kakaban harus segera diambil agar tidak dimakan oleh induknya sendiri.
Pemeliharaan larva
Ketika telur menetas, larva belum perlu diberi pakan karena nutrisinya tercukupi dari kantung telur (yolk sac). Setelah 3 hari, kantung telur habis dan cangkang akan lepas. Cangkang yang lepas dan sisa-sisa sperma berpotensi menumpuk kandungan nitrit bebas (amoniak) dalam perairan. Cara mensiasatinya dengan menambahkan unsur C (carbon) seperti air cucian beras atau tepung terigu.
Pemeliharaan larva atau disebut juga pendederan biasanya dilakukan dalam 4 tahap, dimana ukuran kolam dan jenis pakan yang diberikan berbeda sampai ukuran benih siap jual. Kualitas media air untuk pemeliharaan larva di antaranya adalah:
  • Suhu berkisar di 25 – 30oC
  • Nilai pH 6,5 – 8,6
  • Laju pergantian air 10 – 15% per hari
  • Ketinggian air: 50 – 70 cm
Kriteria produksi per tahap pendederan berdasarkan panduan SNI 01-6484.4-2000 dapat dilihat dari tabel berikut:

Pendederan Lele Dumbo

Pada setiap siklus pembenihan selama 5-6 minggu, benih lele dapat diproduksi sebanyak 25.000 ekor. Indukan dapat digunakan untuk 5x proses pemijahan sehingga tidak perlu lagi mencari indukan untuk kurun waktu minimal 2 tahun, cukup memelihara sesuai dengan kebutuhan induk. Benih lele sendiri dapat dipasarkan dengan harga Rp 80/ekor (harga berbeda-beda di setiap daerah).
Untuk pemasarannya, biasanya pembudidaya pembesaran lele akan datang langsung ke pengusaha benih lele. Karena yang ada saat ini adalah usaha pembesaran lebih banyak daripada pembenihan sehingga benih berkualitas pasti jadi rebutan (simak jenis ukuran dan harga benih lele si artikel ini). Dikatakan Azzam Bachrur, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI), pada majalah TROBOS, usaha pembenihan belum ada sampai skala besar sehingga jumlah permintaan benih lebih daripada pemasokan. Tambahnya lagi, produksi benih lele yang ideal adalah 1 juta ekor sekali produksi. Kendalanya adalah, seperti yang disebutkan sebelumnya, pembenihan adalah proses yang berisiko tinggi.
Bagaimana menurut Anda? Apa Anda siap menjadi pemasok 1 juta benih lele unggulan? Simak prosedur lengkap mengenai pembenihan pada tautan berikut dan intip juga kesuksesan pembudidaya benih lele sangkuriang di Purwakarta di tautan ini.
———————————————————————————————–
SUMBER

Sumber : http://efishery.com/efishery-university/siar/tantangan-pembenihan-lele/

Kamis, 02 November 2017

Sistem RAS

Sistem budidaya resirkulasi adalah system budidaya ikan dimana air dalam kolam budidaya disirkulasi kembali melalui proses sedemikian rupa sehingga kotoran ikan, sisa pakan, dan senyawa serta gas beracun hasil efek samping dari kotoran ikan dapat dijebak dalam tangki pengendapan dan filtrasi.
Setelah melalui tahapan tersebut, air yang kembali kedalam kolam , kandungan kotoran dan kandungan senyawa berbahaya sudah hilang, paling tidak berkurang.
Dengan proses tersebut diharapkan air yang kembali kekolam tetap stabil dan sehat, sehingga bakteri pathogen tidak berkembang, kesehatan dan daya tahan ikan terjaga, nafsu makan ikan tidak menurun, sehingga pertumbuhan ikan tidak terhambat dan tingkat kematian dapat diminimalisir.
PARAMETER YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DAN DIPERHATIKAN DALAM
SISTEM RESIRKULASI.
Tujuan dari dibuatnya system resirkulasi dalam budidaya ikan adalah :
1. Menghemat dalam penggunaan air dan ruang.
2. Tidak merubah kontur asli tanah.
3. Kestabilan system dari gangguan cuaca dan lingkungan (hewan predator dan hama serta penyakit dan lain – lain).
4. Pengendalian budidaya sepenuhnya pada pembudidaya bukan kepada lingkungan/alam.
5. Menaikkan efisiensi dan produktifitas denga system padat tebar (high density) ikan
budidaya.
6. Disamping itu system resirkulasi memiliki keuntungan dapat diintegrasikan dengan budidaya yang lain misalnya budidaya cacing sutra,daphnia,pembuatan pupuk organic,pertanian aquaponik sehingga disebut pertanian terintegrasi (integrated farming system).
Akan tetapi system resirkulasi tetap memiliki batasan dan sarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Harus adanya sumber listrik yang cukup.
2. Harus memperhitungkan investasi yang dikeluarkan dan overhead terhadap harga jual ikan budidaya. Karena hal ini sangat mempengaruhi dalam pemilihan alat yang digunakan.Makin mahal dan sensitive jenis ikan, makin lengkap tahapan system resirkulasi yang dibuat.
3. Memahami system budidaya ikan dan cara kerja masing – masing model alat agar tidak salah dalam membuat konfigurasi alat filtrasi.
4. Sistem ini tetap masih membutuhkan sumber air.
FAKTOR MENDASAR YANG HARUS DIPERHITUNGKAN DALAM SISTEM RESIRKULASI
1.Kekuatan pompa
Sisa pakan dan kotoran akan mulai mengalami dekomposisi setelah melewati 1 jam. Karenanya sedapat mungkin kotoran sudah tersedot pompa ke proses filtrasi dibawah satu jam. Akan tetapi hal itu tidaklah mungkin. Sehingga para ahli mengatakan kekuatan pompa harus melebihi kapasitas kolam. Contoh : bila volume kolam 2500 liter maka kekuatan pompa harus diatas 2500 ltr/jam. Misalkan 5000 ltr/jam.
 
Sumber : http://lele-ras-system.blogspot.co.id/2015/04/budidaya-ikan-sistem-resirkulasi.html

Rabu, 01 November 2017

Obat Penyakit lele

Obat Lele Moncong PutihSebagian obat-obat kimia untuk ikan sekarang di larang oleh KKP Pusat karena sebagai bentuk pengendalian terhadap sistem mutu dan jaminan keamanan pangan. Salah satu alternatif untuk mengobati lele dari penyakit Moncong Putih, Borok, Jamur, Parasit, Radang, Kembung, bercak merah & Bakteri Aeromonas adalah obat herbal di bawah ini. Berikut 10 macam obat herbal, fungsi, dosis dan cara mengobatinya:


jantung pisang obat lele moncong putih1. Jantung Pisang
Fungsinya untuk mengobati penyakit moncong putih yang biasa menyerang bibit lele.





daun pepaya obat bakteri lele2. Daun Pepaya:
Berfungsi untuk mencegah atau mengobati serangan bakteri, berfungsi juga sebagai penyetabil ph air.
Dosis & cara Mengobati:
Campurkan 60 gram garam dan cacahan 2-3 lembar daun pepaya pada 5 liter air, aduk dan tuangkan ke kolam.


bonggol pisang3. Bonggol Pisang:
Berfungsi untuk mengobati serangan jamur pada lele, berfungsi juga sebagai penyetabil ph air, jangan sampai menambahkan bonggol pisang terlalu banyak, dosis yang berlebihan dapat berakibat buruk pada lele.




garam krosok obat lele dari parasit4. Garam Krosok/Grosok:
Berfungsi untuk mencegah atau mengobati parasit, bakteri dan jamur yang menyerang lele. Dosis penggunaan garam: 1-2 sendok teh garam per 4 liter air atau 1-2 gram per 1 liter air.




mengkudu obat lele bakteri aeromonas5. Buah Mengkudu:
Berfungsi untuk mencegah atau mengobati serangan bakteri aeromonas hydrophila. Fungsi lainnya adalah mengurangi kanibalisme pada lele.
Dosis & cara mengobati:
1-2 buah mengkudu matang tumbuk sampai halus.
rebus 15 daun pahit-pahitan sampai mendidih dan ambil airnya.
1/3 sendok teh antibiotik enroflox acin.
Campurkan ke 3 bahan tersebut ke dalam 3 kg pakan, aduk hingga rata kurang lebih 5 menit. Obat herbal mengkudu siap digunakan untuk mengatasi penyakit bakteri aeromonas hydrophila.
jahe obat lele kembung6. Jahe:
Berfungsi untuk mencegah bibit lele umur 3-4 minggu dari penyakit kembung.
Dosis & cara mengobati:
parut jahe 10 gram dan campur dengan air. Tebarkan larutan pada kolam lele seluas 1-2 m2.



ciplukan obat lele radang, kemerahan atau borok dan bengkak7. Ciplukan (Physalis angulata L):
Berfungsi untuk mengobati lele dari Bakteri penyebab radang, kemerahan atau borok dan bengkak.
Dosis & cara mengobati:
Daun dan buah Ciplukan basah sebanyak 15-30 gram direbus dalam 100 ml air atau Ciplukan kering sebanyak 5-10 gram dalam 100 ml air, gunakan untuk perendaman.

daun kelor obat lele bakteri Aeromonas hydrophila8. Kelor (Moringa oleifera Lamk.):
Berfungsi untuk mengobati lele dari bakteri Aeromonas hydrophila penyebab penyakit bercak merah dan Streptococcus agalactiae penyakit dengan gejala berenang tak beraturan, mata menonjol, badan kehitaman.
Dosis & cara mengobati:
5 gram daun dicacah halus dicampur air 100 ml, hasil saringannya dicampur air digunakan untuk perendaman.

jambu biji obat lele bakteri Aeromona shydrophila penyebab penyakit bercak merah9. Jambu Biji (Psidium guajava):
Berfungsi untuk mengobati lele dari bakteri Aeromona shydrophila penyebab penyakit bercak merah.
Dosis & cara mengobati:
4-5 gram daun dicacah halus dicampur air 1 liter, campurkan dengan pakan. 1-2 gram daun dicacah halus dicampur air sebanyak 5 liter, ini digunakan untuk perendaman ikan yang sakit selama 48 jam.

meniran obat lele bakteri Aeromonas hydrophila10. Meniran (Phyllanthus niruri L., Phyllanthus urinaria Linn.)
Berfungsi untuk mengobati lele dari bakteri Aeromonas hydrophila, penyakit bercak merah dan borok, Edwarsiella tarda penyakit bisul dan luka pada kulit.
Dosis & cara mengobati:
5 gram daun yang sudah dibuat bubuk dicampur air 1 liter untuk perendaman selama 5 jam Jika dicampur pakan dibutuhkan 20 gram daun dicacah halus dan dicampur dalam 1 kg pakan.

Sumber : http://bibitlele.net/10-obat-lele-moncong-putih-borok-kembung-jamur-aeromonas/